Jika pembangunan , kata Muamil, karena berdasarkan aspirasi masyarakat, maka pembangunan infrastruktur dasar di tiga wilayah kecamatan terluar juga merupakan permasalahan yang layak disoroti.

“Dalam siklus pembuatan kebijakan selalui dimulai dari adanya isu publik, yang sering dikenal dengan aspirasi masyarakat. Namun, perlu dipahami bahwa isu publik ada kategorisasi baik dari isu minor hingga isu utama”, ungkapnya.

Muamil menyebut kesenjangan sosial di , terutama diwilayah BaHim perlu perhatian serius sebagai program prioritas yang wajib diselesaikan. “Dengan demikian tidak semua publik harus masuk dalam program kerja pemerintah, hanya isu utama saja”, sebutnya.

“Ketimpangan pembangunan dan kesenjangan sosial di wilayah BaHim menjadi isu utama dalam kebijakan pembangunan daerah sehingga pemkot harusnya lebih fokus pada penggunaan anggaran untuk wilayah BaHim, bukan pembangunan “, tutupunya.

Sebelumnya, PUPR Rusaan Taib mendefenisikan merupakan bagian dari halte. Proyek yang menguras senilai Rp 660 Juta Rupiah ini dianggap tidak ada masalah karena sesuai ketentuan.

““Jadi fungsinya seperti halte, sehingga orang sementara menunggu ojek atau transportasi baik umum atau masal harus duduk di situ”, kata Rusaan seperti dilansir mimbartimurcom, Kamis (05/09).

Perlu diketahui, pembangunan dengan nilai lelang sebesar Rp 660 Juta Rupiah masih dalam proses seleksi tender yang diikuti 37 perusahaan. Proyek tersebut melekat pada Dinas PUPR .

-- --

Sementara hingga pemberitaan ini ditayangkan, PUPR Rusaan Taib tidak menggubri pertanyaan yang diajukan.

***

 

Azzahra
Editor
Mimbar Timur
Publikasi