Meskipun bertujuan untuk mengadvokasi kelompok minoritas, konten semacam ini dapat menyesatkan dan merugikan kelompok LGBTQ. “Dalam hak asasi manusia, terdapat prinsip bahwa kita pada dasarnya bebas melakukan apa saja hingga kebebasan kita berbenturan dengan kebebasan orang lain,” ujar Ihsan melalui WhatsApp, Rabu, 4 Juni 2025.

Ia menambahkan bahwa jika ada praktik kampanye penegakan hak asasi manusia yang sengaja menggunakan konten palsu, hal itu justru berisiko bertentangan dengan karakteristik hak asasi manusia itu sendiri.

Hal ini, menurutnya, dapat menjadi kontraproduktif bagi tujuan kampanye tersebut. “Saya khawatir kampanye yang dilakukan PixelHELPER justru akan merugikan kelompok LGBTQ itu sendiri,” ujarnya.

Kesimpulan

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan bahwa video yang beredar menunjukkan pawai dan simbol LGBTQ di sekitar Ka’bah adalah menyesatkan. ***