Mimbartimur.com – Sejumlah akun di YouTube dan Instagram [arsip] telah membagikan video yang mengklaim bahwa kelompok minoritas lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ) melakukan pawai dan menari di sekitar Ka’bah, Makkah, Arab Saudi.

Konten tersebut menampilkan klip-klip yang menunjukkan peserta pawai dengan kostum dan bendera pelangi yang mengelilingi Ka’bah.

Hasil Verifikasi Fakta

Tempo telah melakukan verifikasi terhadap konten ini dengan membandingkannya dengan artikel dari sumber yang kredibel, menggunakan alat deteksi kecerdasan buatan, serta mewawancarai peneliti di bidang keberagaman.

Video tersebut sebenarnya merupakan hasil kreasi kecerdasan buatan yang diproduksi dan diunggah oleh PixelHELPER melalui akun Instagram dan X pada 19 Mei 2025. Namun, saat ini konten tersebut tidak dapat diakses lagi karena mendapat protes dari banyak pengguna internet.

PixelHELPER adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh aktivis Jerman Oliver Bienkowski pada tahun 2014, dengan tujuan untuk mengadvokasi kebebasan artistik, hak asasi manusia, etnis Yahudi, dan isu lingkungan. Melalui situs web Pixelhelper.org, mereka menjelaskan bahwa karya seni dan berbagai jenis kegiatan digunakan untuk menyuarakan pendapat.

Organisasi ini pernah meluncurkan proyek bernama Ka’bah Pelangi, yang bertujuan mendidik guru dalam membahas isu-isu penting bagi siswa, seperti homofobia, anti-Semitisme, dan kebencian. Mereka juga mengadakan pameran keliling, mengunjungi sekolah-sekolah, klub-klub, dan menjalin kemitraan dengan kehidupan demokrasi lokal untuk mencegah anak-anak dari radikalisasi.

-- --

Pada tahun 2016, mereka melakukan protes di Kedutaan Besar Arab Saudi di Jerman dengan menyoroti gedung kedutaan tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Deutsche-Welle. Selain itu, mereka juga membuat tugu memorial Holocaust di Maroko pada tahun 2019, menurut The Jerusalem Post.

Tempo kemudian menguji kebenaran konten tersebut dan menemukan bahwa alat AI or Not menunjukkan dengan skor 99 persen bahwa konten itu adalah hasil kreasi kecerdasan buatan. Klip video yang sama, namun dari sudut pandang yang berbeda, juga mendapatkan label AI dari Aiornot.com dengan skor 96 persen. Gambar peserta pawai dengan kostum berwarna-warni memperoleh skor 97 persen menggunakan alat AI dari AI or NOT.

Kontroversi

Konten ini menjadi sumber kontroversi karena mendapat banyak protes dari umat Muslim yang menganggapnya sebagai tindakan pelecehan terhadap agama. Direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Paramadina, Jakarta, Ihsan Ali-Fauzi, menyatakan bahwa konten yang sepenuhnya dihasilkan oleh kecerdasan buatan dapat memicu misinformasi dan disinformasi.