Dalam bidang pertanian pemerintah kolonial memberikan perhatiannya pada bidang pemenuhan kebutuhan pangan dengan membangun irigasi. Di samping itu, pemerintah juga melakukn emigrasi sebagai tenaga kerja murah di perkebunan-perkebunan daerah di Sumatera.
Zaman kemajuan ditandai dengan adanya surat-surat R.A Kartini kepada saahabatnya Ny. R.M Abendanon di Belanda, yang merupakan insiprasi bagi kaum etis pada saat itu. Semangat era etis adalah kemajuan menuju modernitas.
Perluasan pendidikan gaya Barat sebagai model pendidikan modern merupakan tanda resmi dari bentuk Politik Etis itu. Pendidikan itu hanya menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh negara. tetaapi juga pada sektor swasta.
Adanya pendidikan gaya Barat itu membuka peluang bagi mobilitas sosial masyarakat di tanah Hindia / Indonesia. Pengaruh pendidikan Barat itu pula yang kemudian memunculkan sekelompok kecil intelektual bumiputera yang memunculkan kesadaran, bahwa rakyat bumiputera harus mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lai untuk mencapai kemajuan.
Golongan intelektual bumiputera itu disebut ‘priyayi baru’ yang sebagian besar adalah guru dan junalis di kota-kota. Pendidikan menjadi sarana untuk menyalurkan ide-ide dan pemikiran mereka yang ingin membawa kemajuan, dan pembebasan bangsa dari segala bentuk penindasan dari kolonialisme Belanda.
Mereka tidak memandang Jawa, Sunda, Minangkabau, Ambon, atau apapun karena mereka adalah bumiputera. Pengalaman yang mereka peroleh di sekolah dan dalam kehidupan setelah lulus sangatlah berbeda dengan generasi orang tua mereka.
Para kaum muda terpelajar inilah yang kemudian membentuk kesadaran ‘nasional’ sebagai bumiputera di Hindi, dan bergerak bersama ‘bangsa-bangsa’ lain dalam garis waktu yang tidak terhingga menuju modernitas, suatu dunia yang memberi makna baru bagi kaum pelajar terdidik saat itu.
Mereka tentunya tidak mengenal satu sama lain di Batavia, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan seluruh wilayah Hindia. Mereka saling berbagi pengalaman, gagasan, dan asumsi tentang dunia, Hindia, dan zaman mereka.
Pemerintah Kolonial Belanda juga membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh Indonesia bergabung di dalamnya. Mereka menggerakan wacana peruabhan di lembaga tersebut.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.