Hal ini memerlukan pendekatan diferenciasiasi instruksional yang sophisticated (Tomlinson, 2017). harus mampu merancang satu materi pelajaran dengan multiple entry point untuk berbagai level kemampuan. Lebih jauh, dalam konteks pasca-pandemi dan berbagai tekanan sosial, banyak siswa yang membawa “trauma” terselubung ke dalam kelas. dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional dan pemahaman dasar tentang pendidikan yang sadar trauma (trauma-informed education).

harus dapat menjadi “pengamat yang teliti” terhadap perilaku siswa, memahami bahwa perilaku yang mengganggu seringkali merupakan manifestasi dari kesulitan yang lebih dalam, dan bukan sekadar ketidakpatuhan (Souers & Hall, 2021). Ini adalah beban psikologis dan profesional yang tidak terukur, yang belum sepenuhnya diakui dalam program pelatihan .

4. Tekanan Ekosistem: Beban Administratif dan Ekspektasi Sosial yang Tak Terkira
Di balik pintu kelas, menghadapi beban administratif yang kian menggunung. Mulai dari pengisian rapor digital, penyusunan RPP yang berbelit, hingga pelaporan berbagai program inisiatif dari pemerintah dan sekolah. Beban ini seringkali mengurangi energi dan waktu yang seharusnya dapat dialokasikan untuk persiapan mengajar yang kreatif dan refleksi pedagogis.

Selain itu, berada di bawah tekanan ekspektasi dari berbagai pihak: orang tua yang menuntut perhatian khusus bagi anaknya, masyarakat yang menyalahkan atas degradasi moral generasi muda, dan pemerintah yang menetapkan target pencapaian numerik seperti nilai UN, AN dan TKA. Tekanan ini menciptakan lingkungan kerja yang penuh stres dan berpotensi tinggi menyebabkan kelelahan emosional (burnout).

Studi oleh García & Weiss (2020) menunjukkan bahwa dukungan yang kuat dari pimpinan sekolah, rekan sejawat, dan warga sekolah merupakan faktor kunci dalam ketahanan dan efektivitas . Sebab, guru adalah ujung tombak peradaban. Memberdayakan guru dengan pengetahuan, keterampilan, dukungan, dan pengakuan yang memadai bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan moral dan investasi strategis bagi masa depan anak-anak yang berkelanjutan.

Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Tantangan guru masa kini adalah tantangan yang bersifat struktural dan sistemik. Oleh karena itu, solusinya tidak boleh bersifat tambal sulam, melainkan diperlukan pendekatan yang komprehensif meliputi:

1. Revolusi Program Profesional Development: Pelatihan guru harus berfokus pada pedagogi digital, desain asesmen autentik, strategi diferensiasi, dan kecakapan sosio-emosional. Model pelatihan “one-size-fits-all” harus ditinggalkan.

-- --

2. Reformasi Sistem Evaluasi Guru: Sistem evaluasi harus beralih dari yang bersifat administratif dan menghukum menuju sistem yang formatif dan suportif, yang mendorong pertumbuhan profesional berkelanjutan.

3. Pengurangan Beban Administratif: Pemerintah dan otoritas sekolah perlu merasionalisasi tugas-tugas administratif dengan memanfaatkan teknologi dan memprioritaskan esensi pembelajaran.