MImbartimur.com  kembali mengekspresikan hobi dan kecintannya terhadap untuk tetap menjaga kelestarian alam di , . Kegiatan yang dilakukan melalui pemantauan serta edukasi ini melibatkan lembaga independen yang dilakukan di area reklamasi, revegetasi, dan lokasi operasional perusahaan.

Wakil Kepala Departemen Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE) Harita Nickel Muharwan Syahroni mengatakan pemantauan flora dan fauna menjadi salah satu program tahunan yang dilakukan secara berkala ditempat yang sebelumnya terdampak aktivitas pertambangan.

“Kami melakukan pemantauan dan survei rutin dengan melibatkan pihak ketiga yang independen untuk mengamati flora dan fauna sebelum maupun sesudah penambangan dan paska proses reklamasi serta revegetasi”, ujar Muharwan dalam keterangan yang diterima mimbartimurcom, Jumat (18/04).

Muharwan menjelaskan dengan proses pemantauan perkembangan ekosistem yang dilakukan selama tiga pekan terdapat sejumlah flora dan fauna lokal yang kembali ke habitat aslinya seiring pertumbuhan endemik diareal reklamasi.

“Upaya yang kami lakukan telah membuahi hasil, ada sejumlah flora dan fauna lokal yang telah kembali ke habitatnya. Begitu juga dengan tumbuhan endemik yang saat ini mulai tumbuh di areal reklamasi, bahkan fauna seperti burung lokal maupun reptil juga terlihat kembalai secara alami”, jelasnya.

Perlu diketahui, tren populasi satwa dari kelompok mamalia, burung, herpetofauna, dan serangga terpantau stabil. Diantara spesies yang ditemukan merupakan kubu hijau (dobsonia viridis), atau satwa sejenis kelelawar buah, dan burung kapasan Halmahera (lalange aurea) burung cantik denan bulu mncolok yang hanya dapat ditemui di Hutan Halmahera.

Selain itu, dalam kategori serangga, peneliti mencatat adanya 28 spesies capung dari delapan famili dan 46 spesies kupu-kupu empat famili. Keberadaan dua hewan serangga ini menjadi indikator penting bahwa kualita lingkungan sekitar reklamasi tetap terjaga dengan baik.

-- --

Lebih lanjut, Muharwan menuturkan salah satu spesies yang menjadi fokus mereka dalam program pemantauan adalah burung masu sahul (cinnyris frenatus). Spesies penghisap nektar yang banyak ditemukan pada pohon-pohon berbunga di sekitar area revegetasi.

“Dalam beberapa tahun terkahir, kami berhasil mengamati tren stabil pada populasi satwa liar, termasuk spesies endemik yang menjadi indikator keseimbangan ekosistem alami. Kehadiran burung ini menandakan keberhasilan upaya pemulihan vegetasi dan menunjukan rantai ekologi mulai terbentuk kembali”, tuturnya.