Mimbartimur.com – Isma sapaan akrab warga RT.08 RW.03 Kelurahan Fitu, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate yang kesehariannya mengantar anaknya ke sekolah harus berjalan kaki dari rumahnya sejauh 100 meter untuk mengambil kendaraan miliknya yang terparkir di rumah saudara yang terletak di RT 07.
Bukan tanpa alasan ibu dua anak ini menitipkan motornya di rumah saudara. Isma harus memarkir kendaraannya karena jalan yang menjadi akses utama bersama tiga tetangga lainnya tidak bisa dilewati lantaran rusak parah.
Penitipan kendaraan roda dua itu sudah dilakukan Isma sejak tiga tahun lamanya. Kini jalan yang menjadi akses aktivitas masyarakat sekitar telah dipenuhi rerumputan liar yang membuatnya tak ada pilihan kecuali berputar bila ingin mengantar anaknya ke sekolah.
Infromasi yang dihimpun Team Adventure Penyiaran Mimbar Timur (PMT), tak hanya kerusakan jalan saja namun juga got yang hilang dari permukaan jalan akibat aktivitas eksplorasi tambang individu (galian golongan c) milik seorang mantan Anggota DPRD Kota Ternate.
Aktivitas galian c jenis pasir kuarsa itu berlangsung sejak awal 2019 lalu menggunakan alat berat exvator dan truck untuk memperlancar bisnisnya. Warga setempat berulang kali mengajukan protes akibat lalu lalang alat berat yang mengakibatkan kerusakan jalan dan got yang menjadi aliran air ketika turun hujan.
Namun protes yang diajukan warga setempatnya tak digurbis dengan dalih telah mengantongi izin aktivitas yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat. Aktivitas berlangsung tahun kedua, warga menutup akses keluar titik nol menuju lokasi tambang yang mengakibatkan terhentinya aktivitas.
“Jalan ini kami tutup sehingga truck pengangkut melewati jalur lurus yang ditaksir 200 meteran. Dulunya jalan ini di sudah diaspal, namun karena akibat akivitas masuk keluar alat berat jadi rusak dan tidak bisa dilintasi”, kata Isma saat ditemui di titik nol menuju galian c, Kamis (10/10) dini hari.
Meski warga telah mengajukan protes hingga pemboikotan aktivitas eksplorasi tambang golongan c itu, tidak membuat pemilik berhenti menggeruk punggung gunung yang berada di puncak Kelurahan Fitu, Kota Ternate. Tidak berpengaruhnya tuntutan warga tersebut karena pemilik memiliki pengaruh besar untuk memperlancar proyeknya.
“Karena dampaknya makin parah kami melakukan protes dengan gerakan demonstrasi hingga hearing bersama dengan pemilik proyek. Dalam negosiasi itu, kami meminta jalan yang rusak segera diperbaiki dan sudah disetujui tapi ternyata hanya sekitar 50 meter yang dikerjakan”, ungkapnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.