Mimbartimur.com – Tiga lembaga independen, yaitu (UI), Perkumpulan Telapak, dan Universitas Khairun (), telah melakukan observasi mengenai pengelolaan limbah dan sumber daya air yang dilakukan oleh . Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa telah memenuhi standar tinggi dalam pengelolaan dan memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat lokal.

Laporan dari ketiga lembaga ini secara kolektif menegaskan komitmen dalam menerapkan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Hal ini menjadi sorotan penting bagi perkembangan industri pertambangan di Indonesia.

Tri Edhi Budhi Soesilo, seorang pakar lingkungan dari Sekolah Ilmu Lingkungan UI, menggarisbawahi penerapan teknologi mutakhir dalam pengelolaan limbah yang dilakukan oleh . Menurutnya,  penggunaan metode Dry Stack Tailing Facility (DSTF) sebagai kemajuan signifikan, serta menerapkan konsep Zero Waste Mining yang memungkinkan pengolahan kembali limbah non-B3 seperti slag nikel.

berhasil mengintegrasikan efisiensi industri dengan kepedulian terhadap lingkungan. Pendekatan ini layak dijadikan acuan praktik pertambangan berkelanjutan di Indonesia,” tambah Tri Edhi pada Selasa (11/11) seperti dalam keterangan pers yang diterima.

Dalam hal pengelolaan air, memastikan akses air bersih bagi masyarakat tetap terjaga, meskipun Mata Air Kawasi berada di luar wilayah operasional. Perusahaan secara rutin melakukan pemeriksaan kualitas air dan berinvestasi dalam pembangunan fasilitas pengolahan serta penyaluran air bersih untuk masyarakat, yang membantu mengurangi tekanan pada debit mata air alami.

Komitmen perlindungan terhadap air diperkuat melalui metode DSTF, yang mengeringkan limbah padat sisa pengolahan (tailing) hingga membentuk kue padat. Metode ini secara signifikan mengurangi risiko pencemaran air permukaan dan air tanah. Temuan dari Telapak juga mengindikasikan bahwa tidak ada pencemaran dari limbah cair, yang diapresiasi oleh Tim Observasi Lingkungan Telapak, Dickson Aritonang.

“Harita Nickel menerapkan praktik pertambangan modern dengan pengawasan yang ketat. Kegiatan operasionalnya tidak hanya memenuhi regulasi tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem,” tulis Dickson dalam laporannya.

-- --

Laporan dari juga memperkuat temuan mengenai kualitas lingkungan. Janib Achmad, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan , menyatakan bahwa kualitas air laut di sekitar Desa Kawasi dan Soligi masih memenuhi baku mutu nasional, dengan parameter seperti pH, Biological Oxygen Demand (BOD), dan kekeruhan menunjukkan kondisi stabil yang mendukung kehidupan biota laut.

Kondisi laut yang sehat ini berdampak positif terhadap pendapatan nelayan lokal. Harita Nickel juga berperan sebagai pasar tetap untuk hasil tangkapan laut, yang memberikan kepastian pendapatan dan mengurangi risiko kerugian. Tak hanya itu, kelompok petani di Desa Buton dan Akegula juga merasakan manfaat, dengan rutin memasok lebih dari 27 ton sayur dan buah per tahun ke perusahaan, berkat jaminan pembelian yang mereka terima.

Dampak sosial dari program yang dijalankan perusahaan juga menarik perhatian. Tim Observasi Sosial Telapak, M. Djufryhard, mencatat munculnya tokoh penggerak lokal yang menginspirasi pemberdayaan perempuan di Pulau Obi. “Program sosial Harita Nickel menunjukkan bahwa kegiatan pertambangan dapat menjadi motor penggerak pembangunan manusia dan ekonomi lokal, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” katanya.

Komitmen Harita Nickel terhadap keberlanjutan diperkuat oleh partisipasinya dalam audit penuh Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), yang merupakan standar global komprehensif. Dalam upaya menuju transisi energi bersih, perusahaan juga mempercepat pemasangan panel surya berkapasitas 40 MWp di Pulau Obi, sebuah proyek yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.

***