Di dalam hutan yang rimbun, terdapat sebuah kerajaan bernama . Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang sangat kaya, tetapi juga sangat tamak. Raja tersebut bernama . Di balik senyumnya yang menawan, Raja Haruno memiliki hobi yang cukup mencurigakan: dia suka mengkorupsi kekayaan kerajaan untuk kepentingan pribadinya.

Setiap kali ada pajak yang harus dibayarkan oleh rakyatnya, Raja Haruno pasti mengambil sebagiannya untuk dirinya sendiri, meninggalkan rakyatnya menderita. Ia mengenakan biaya tinggi untuk makanan, tempat tinggal, dan segala sesuatu yang diperlukan oleh rakyatnya. Namun, Raja Haruno tetap mengklaim bahwa ia mengumpulkan harta untuk membangun kerajaan yang lebih baik.

Suatu hari, ketika Raja Haruno turun dari istana untuk berkeliling kerajaannya, ia melihat seekor kera tua yang bijak duduk di atas batu besar. Kera itu dikenal oleh warga Konoha sebagai si , yang sering memberikan nasihat kepada siapa pun yang mau mendengarkan.

Raja Haruno mendekati si Kera Bijak dan bertanya, “Hai Kera, mengapa kamu selalu duduk di sini dan tidak mencari makanan seperti yang dilakukan kera lainnya?”

Si Kera Bijak menjawab, “Aku hanya duduk di sini untuk memikirkan kebijaksanaan. Dari pada mengumpulkan harta, aku lebih suka mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman.”

Raja Haruno tertawa kecil dan berkata, “Apa gunanya kebijaksanaan jika kita tidak memiliki kekayaan? Kekayaan adalah segalanya!”

“Ah, tapi kekayaan bisa hilang dalam sekejap,” jawab Kera Bijak dengan tenang. “Kebijaksanaan, di sisi lain, dapat membawamu ke tempat yang lebih baik. Contohnya, apakah kamu tahu apa yang terjadi pada raja-raja yang tamak?”

-- --

Raja Haruno mengangkat alisnya, “Tidak, apa yang terjadi?”

Kera Bijak mulai bercerita. “Ada seorang raja yang sama seperti dirimu, yang mengumpulkan kekayaan dan mengabaikan rakyatnya. Ia mengambil semua yang bisa diambil dan berpikir bahwa kekuasaannya tidak akan berakhir. Suatu malam, ketika dia tidur, semua harta bendanya hilang secara misterius. Rakyatnya bangkit dan mengambil kembali harta mereka, tidak ada yang mau melayaninya lagi.”