Mimbartimur.com – Sebuah akun di TikTok [arsip] telah membagikan video yang menampilkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada tanggal 2 Juni 2025. Dalam video tersebut, Presiden Zelensky menyampaikan pernyataan yang mengklaim bahwa pemerintahannya terlibat dalam serangan teroris terhadap Rusia.
Konten ini muncul setelah Ukraina melaksanakan serangan drone yang dikenal dengan sebutan “jaring laba-laba” ke pangkalan udara Rusia pada tanggal 1 Juni 2025. Dalam narasi yang disampaikan melalui video tersebut, dinyatakan bahwa “117 drone digunakan untuk menyerang pangkalan udara Rusia. Zelensky mengonfirmasi bahwa Kiev bertanggung jawab atas serangan teroris ini. Fuhrer Ukraina mengklaim jumlah operator UAV yang terlibat adalah sama.”
Namun, apakah benar bahwa Zelensky mengakui bahwa pemerintahannya berada di balik tindakan teror di Rusia?
Hasil Cek Fakta
Tempo melakukan verifikasi terhadap video tersebut dengan memanfaatkan layanan pencarian gambar terbalik dari Google, menggunakan aplikasi transkripsi, membandingkan dengan berita-berita yang dapat dipercaya di internet, serta mewawancarai para ahli.
Ukraina melaksanakan salah satu operasi pesawat tak berawak terbesar yang disebut “jaring laba-laba” terhadap Rusia pada hari Minggu, 1 Juni 2025. Serangan ini ditujukan ke lima pangkalan udara yang terletak jauh di dalam wilayah Rusia, yaitu Murmansk, Irkutsk, Ivanovo, Ryazan, dan Amur. Serangan ini terjadi setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video Presiden Zelensky yang beredar adalah sama dengan yang diunggah oleh saluran YouTube Mojo Story pada tanggal 2 Juni 2025. Dalam rekaman tersebut, sebenarnya Zelensky memberikan pujian atas keberhasilan operasi pasukan militernya dalam menyerang pangkalan udara Rusia menggunakan 117 drone penyerang.
Tempo menerjemahkan pernyataan Zelensky dalam bahasa Ukraina dengan menggunakan aplikasi transkripsi berbasis kecerdasan buatan, Transcribe. Dalam video tersebut, Zelensky menyatakan bahwa serangan pada 1 Juni 2025 telah dipersiapkan selama enam bulan. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah menempatkan pasukan dan unit drone di sebuah bangunan dekat pangkalan udara Rusia.
“Operasi ini sungguh unik. Hal yang paling menarik, dan sekarang sudah bisa diungkapkan kepada umum, (bahwa) kantor kami berada di wilayah Rusia, terletak di sebelah FSB (Dinas Keamanan Federal) Rusia, di salah satu wilayah mereka,” ungkap Zelensky dalam video tersebut.
Zelensky tidak menyebutkan bahwa pemerintahannya adalah kelompok teroris yang berada di balik serangan terhadap Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya pada tanggal 1 Juni 2025, seperti yang dilansir oleh NDTV, menyebutkan bahwa operasi Ukraina tersebut adalah serangan teror. Rusia mengklaim bahwa semua serangan di pangkalan udara militer di wilayah Ivanovo, Ryazan, dan Amur telah berhasil digagalkan. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan baik dari pihak militer maupun warga sipil.
Kepala Pusat Studi Eropa dan Eurasia di Universitas Airlangga, Surabaya, Radityo Dharmaputra, menyatakan bahwa klaim bahwa tindakan Ukraina merupakan aksi terorisme adalah tidak akurat. Ia menjelaskan bahwa operasi “jaring laba-laba” tersebut hanya menargetkan pangkalan militer.
“Berbeda dengan teror yang menargetkan masyarakat sipil untuk menciptakan ketakutan,” kata alumnus Johan Skytte Institute, Political Studies di University of Tartu, Estonia kepada Tempo pada tanggal 3 Juni 2025.
Radityo mengungkapkan bahwa operasi Ukraina ke Rusia pada 1 Juni harus dilihat dalam konteks perang, setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak Februari 2022. Dalam situasi perang, seharusnya target adalah militer dan kawasan militer, bukan pemukiman dan masyarakat sipil sesuai dengan hukum perang yang berlaku.
Meskipun operasi Ukraina cukup mengejutkan, Radityo menegaskan bahwa hal tersebut merupakan strategi dan taktik perang yang biasa terjadi.
Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan korban di kedua belah pihak. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Russia Matters, proyek yang diluncurkan oleh Belfer Center for Science and International Affairs di Harvard Kennedy School per 12 Maret 2025, jumlah korban sipil yang tewas di Rusia mencapai 388 orang. Sementara itu, jumlah korban sipil di Ukraina jauh lebih besar, yaitu 12.654 orang.
Dari sisi militer, diperkirakan lebih dari 700 ribu personel militer Rusia tewas dan terluka per Januari 2025. Sedangkan dari pihak Ukraina, terdapat 400 ribu personel militer yang tewas dan terluka dalam periode yang sama.
Dikutip dari Statista, jumlah korban sipil di Ukraina selama invasi Rusia yang diverifikasi oleh Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dari 24 Februari 2022 hingga 30 April 2025, mencapai 45.001 orang, termasuk anak-anak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.867 orang dilaporkan terluka. Namun, OHCHR menegaskan bahwa angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.
Kesimpulan
Verifikasi yang dilakukan oleh Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan bahwa video tersebut menampilkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui bahwa pemerintahannya berada di balik aksi teror di wilayah Rusia adalah klaim yang menyesatka. ***