Studi sebelumnya pada tahun 2019 menemukan bahwa orang Asia menghirup 73% lebih banyak partikel polusi kecil dibandingkan dengan orang kulit putih Amerika. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh paparan yang lebih besar terhadap emisi dari konstruksi, industri, dan kendaraan di daerah tempat tinggal mereka.

Polusi udara juga dapat menyebabkan perubahan genetik, sehingga pasien Asia memiliki tingkat mutasi reseptor faktor pertumbuhan epidermal yang menyebabkan kanker tertinggi, yang mengakibatkan sel-sel sehat membelah secara tidak terkendali dan tumbuh menjadi tumor.

Asap dapur juga berpotensi menyebabkan -paru

Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD., seorang dosen dan peneliti genetik kanker dari Universitas Yarsi, menyatakan bahwa perempuan yang tidak merokok memiliki risiko terkena kanker paru-paru ketika terpapar asap masakan di dapur, terutama jika ventilasinya buruk.

“Banyak penelitian telah membahas hubungan antara paparan asap masakan dengan risiko kanker paru-paru pada orang yang tidak merokok,” ujar Ahmad kepada , Rabu, 4 Juni 2025.

Menurut Ahmad, kanker paru-paru pada individu yang tidak pernah merokok lebih umum terjadi pada wanita. Wanita yang tidak pernah merokok memiliki dua kali lipat kemungkinan terkena kanker paru-paru dibandingkan pria yang tidak merokok. Selain faktor anatomi paru-paru dan paparan lingkungan, sebagian dari risiko ini mungkin terkait dengan mutasi genetik yang lebih umum terjadi pada wanita, terutama wanita Asia. Salah satu mutasi yang paling umum adalah mutasi EGFR.

Penelitian juga menunjukkan bahwa selain radon dan asap rokok, paparan asap masakan atau kompor yang membakar kayu atau batubara di ruangan yang berventilasi buruk dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru. Mengingat wanita secara tradisional menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, mereka sangat rentan terhadap jenis polusi udara ini.

-- --

Namun, polusi udara luar ruangan merupakan faktor yang lebih signifikan dalam perkembangan kanker paru-paru. Faktanya, polusi udara luar ruangan adalah penyebab kedua terbanyak dari semua kasus kanker paru-paru setelah merokok. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi yang tinggi lebih mungkin meninggal karena kanker paru-paru dibandingkan mereka yang tinggal di daerah yang lebih bersih.

Partikel dengan diameter kurang dari 2,5 mikron (sekitar 30% dari lebar rambut manusia), yang biasanya ditemukan dalam asap kendaraan dan asap bahan bakar fosil, tampaknya berperan penting. Menariknya, penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kadar PM2.5 yang tinggi dan kanker paru-paru pada individu yang tidak pernah merokok, terutama yang memiliki mutasi EGFR.