Mimbartimur.com – Ratusan pendemo yang berasal dari beberapa elemen masyarakat dan tergabung dalam Aliansi Jogja Memanggil melakukan aksi sehingga membanjiri kawasan bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Massa aksi tersebut menyuarakan aspirasi dalam kondisi terkini Republik Indonesia yang terjadi dalam beberapa hari sebelumnya.

Koordinator Aliansi Jogja Memanggil, Boengkoes mengkritik keras tindak kekejaman dalam aksi yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, termasuk pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, di Jakarta.

Selain itu, Rheza Sendy Pratama, mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta yang tewas setelah sempat mengikuti demonstrasi di area depan Kantor Polda DIY. Rheza meninggal diduga karena tindak represif aparat kepolisian di lapangan.

“Jadi, aksi kali ini digelar karena (sebelumnya) terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan aparat kepolisian,” ungkap Boengkoes pada Senin, 01 September 2025.

Terdapat 18 tuntutan yang dibacakan dalam massa aksi tersebut. Secara garis besar, tuntutan itu seperti pembatalan pemangkasan anggaran pendidikan dan wujudkan pendidikan gratis, ilmiah, demokratis, serta berisi kerakyatan.

Selanjutnya, desakan untuk mengusut tuntas segala tindak brutalitas aparat yang merenggut nyawa rakyat, terutama dalam proses demokrasi berlangsung.

Kemudian, menuntut pertanggungjawaban Kapolri, Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo yang gagal dalam menjalankan tugas dan amanah yang diemban pada institusi itu. Hal tersebut dibuktikan dengan tindakan di lapangan dengan jatuhnya korban dalam penyampaian aspirasi publik.

“Reformasi Polri; tarik militer ke barak, hapus komando teritori, dan cabut UU TNI; turunkan kenaikan pajak bumi bangunan di seluruh wilayah Indonesia dan meminta pemberlakuan pajak pajak tinggi terhadap orang kaya di Indonesia,” ujar Boengkoes.