Selain itu, dalam acara ini Horockoncong berperan sebagai Music Director yang ditangani Toto Nugroho bersama Arie Epilepsy dan Kancil Art Dance sebagai penata koreografi.

“Sedangkan para pemusik Arie Epilepsy, Toto Nugroho, Beny Fuad, Affi, Nathan, Yudi, Adit dan Eric bersama Siti Sulastri Vocalis,” ungkap Hadi Sakijo.

Selebihnya, Hadi Sakijo turut menjelaskan juga bahwa pementasan Gegojegan Sandiwara Lelagon ini adalah salah satu upaya pelestarian seni dan budaya agar unsur-unsur budaya Jawa agar tidak tergerus dan perlahan sirna oleh perkembangan dan kemajuan zaman, baik itu bahasa maupun sastra yang terkandung dalam seni budaya Jawa.

Kelompok Sedhut Senut, menginterprestasikan drama musikal ini menjadi sebuah pertunjukan sandiwara berbahasa Jawa diwujudkan dalam bentuk hiburan rakyat (komedi) yang dilengkapi dengan satir-satir sosial kemasyarakatan sehari-hari.

“Kami memiliki semangat yang sama untuk menggarap kemasan Gegojegan Sandiwara Lelagon yang dapat menjadi hiburan alternatif masyarakat,” jelas Hadi Sakijo.

Substansi dari cerita yang menjadi pokok pikiran dalam pementasan tersebut adalah tentang kegelisahan sebagian pelaku seni dan budaya yaitu kebiasaan buruk pola pemberian dana stimulan, job, pekerjaan atau istilah lainnya yang berasaskan nepotisme.

Sehingga menyebabkan kerugian dari berbagai kelompok seni yang benar-benar ingin berkesenian serta melestarikan budaya.

Namun, hanya beberapa kelompok yang memiliki orang dalam saja yang dapat mencairkan dana stimulan untuk keperluan pementasan yang bahkan penyajianya saja pun tidak maksimal.

Karena itulah, Gegojegan Lelagon Sandiwara Bahasa Jawa ini dilangsungkan sebagai wujud protes terhadap sistem yang tidak adil yang dikemas dalam sebuah karya yang dipentaskan.

“Bagi sebagian seniman bahwa dari pemangku kepentingan yang mungkin dianggap kurang adil dan merata. Sing lengganan oleh gawean yo mung kuwi-kuwi wae (yang mendapat kerjaan langganan hanya itu itu saja),” tegas Hadi Sakijo.