Sejak dahulu masyarakat Maluku Utara telah memanfaatkan empulur tanaman sagu sebagai sumber olahan pangan pokok seperti sagu lempeng dan pupeda namun saat ini telah tercatat terjadi pergeseran pola konsumsi pangan pokok masyarakat Maluku Utara.
“Yaitu sebagian besar mengkonsumsi beras sedangkan jumlah penduduk yang mengkonsumsi Sagu menurun drastis. Penurunan konsumsi sagu akan mengakibatkan penurunan permintaan sagu di Provinsi Maluku Utara yang berdampak pada eksistensi usaha pengolahan pati sagu dan tidak optimalnya pemanfaatan potensi tanaman sagu di Maluku Utara,” tandas Yudhitya. Senin (29/7/2026)
Yudhi bilang, Disperindag Provinsi Malut terus memacu para pelaku IKM untuk terus berinovasi mengolah sagu menjadi alternatif cemilan khas Maluku Utara seperti Bagea Sagu Gula Rempah Kenari di produksi oleh Gita Bakery.
Selain itu lanjut Yudhitya, Makron Sagu Kenari di Produksi Oleh IKM Pakesang, bagea Kelapa Spesial di produksi oleh Depot Nukila, Stik Sagu Daun Kelor diproduksi oleh DM Mahiya, Sagu Dark Choco Kenari produk Cannary 99 serta produk olahan sagu lainnya. yang dipamerkan pada Simposium Nasional Industri Olahan Sagu.
Bahkan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat ini telah berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi pengembangan sagu melalui pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antar industri pengolahan dan pengguna, mendorong program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta program restrukturisasi mesin dan peralatan bagi industri pengolahan sagu.
Untuk mewujudkan pertumbuhan pasar pati sagu secara global yang diprediksi akan tumbuh hingga 560 miliar dolar AS pada 2031, perlu kolaborasi hulu sampai hilir.
“Tentu saja kamisangat berharap atensi penuh berupa penetapan program prioritas dinas terkait dalam hal ini dinas Pertanian untuk mulai membudidaya tanaman sagu yang makin tergerus karena alih fungsi lahan menjadi pemukiman dn lahan pertanian komoditas lainnya,” ujarnya mengakhiri.
***
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.