Di suatu masa, di tengah-tengah kekacauan dan peperangan yang melanda kerajaan, hiduplah seorang cerdik pandai bernama . Ia dikenal bukan hanya karena kebijaksanaannya, tetapi juga karena kecerdikannya yang tiada tara. Abunawas adalah seorang penasihat raja dan selalu berhasil memecahkan masalah yang tampaknya tidak mungkin dipecahkan.

Suatu hari, kerajaan tempat Abunawas tinggal menghadapi ancaman dari kerajaan tetangga yang dipimpin oleh . Raja Zaman adalah sosok yang terkenal akan keberaniannya di medan perang dan pasukannya yang kuat. Ia berambisi untuk menaklukkan kerajaan Abunawas dan menjadikan wilayah tersebut sebagai bagian dari kerajaannya.

Mengetahui bahwa pasukan Raja Zaman jauh lebih besar dan lebih kuat, Abunawas menyadari bahwa strategi yang tepat sangat diperlukan untuk mengalahkan musuh. Ia pun memanggil para jenderal dan prajurit terbaiknya untuk merumuskan rencana. Dalam rapat tersebut, Abunawas mengusulkan sebuah taktik yang tidak biasa.

“Saudara-saudara, kita tidak bisa melawan mereka dengan kekuatan fisik saja. Kita harus menggunakan kecerdikan dan strategi. Mari kita buat mereka percaya bahwa kita memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang sebenarnya,” ujar Abunawas dengan tegas.

Para jenderal saling memandang, tidak yakin dengan rencana tersebut. Namun, mereka tahu bahwa Abunawas selalu memiliki cara untuk mengatasi masalah. Setelah mendengarkan penjelasan lebih lanjut, mereka sepakat untuk mengikuti rencana Abunawas.

Hari pertempuran pun tiba. Abunawas memerintahkan pasukannya untuk mendirikan beberapa tenda besar yang dihias megah di sekitar medan perang. Mereka juga membuat suara gaduh seolah-olah banyak pasukan yang berkumpul. Di sisi lain, Raja Zaman dan pasukannya yang gagah berani mulai mendekati medan perang.

Ketika pasukan Raja Zaman melihat tenda-tenda besar dan mendengar suara gaduh dari pihak Abunawas, mereka mulai merasa ragu. Mereka mengira bahwa pasukan Abunawas jauh lebih besar daripada yang mereka duga. Raja Zaman, yang dikenal dengan sifatnya yang angkuh, merasa tertekan dan mulai meragukan kemampuannya untuk menang.

Abunawas kemudian mengirimkan utusan kepada Raja Zaman dengan pesan yang penuh tantangan. “Wahai Raja Zaman, jika kau berani, mari kita bertarung satu lawan satu. Jika kau menang, kerajaan ini akan menjadi milikmu. Namun jika kau kalah, kau harus meninggalkan kami selamanya.”

Raja Zaman, yang merasa terhina dengan tantangan tersebut, menerima tantangan itu. Ia menganggap bahwa satu lawan satu akan lebih mudah daripada melawan seluruh pasukan. Dengan percaya diri, ia maju ke medan perang untuk bertemu Abunawas.

Azzahra
Editor
Mimbar Timur
Publikasi