Mimbartimur.com – Akademisi Universitas Khairun (Unkhair) Ternate Asmar Hi Daud menepis klaim Harita Nickel dengan menutip ahli Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait keseriusannya dalam menerapkan Good Mining Practices (GMP) pengelolaan air sekitar wilayah operasional di Pulau Obi.
Menurut Asmar, klaim tersebut menjadi narasi penting, namun secara akademis masih berada pada level pernyataan dan pembingkaian (framing) sehingga belum menjadi bukti yang dapat diuji ulang. Ia menuturkan, terdapat dua hal yang bisa benar sekaligus namun perlu pembuktian terbuka.
“Pertama, perusahaan memang memiliki instalasi, prosedur, dan niat untuk mengelola air. Kedua, publik tetap berhak meminta pembuktian terbuka karena dampak air pada pulau kecil yang bersifat berisiko tinggi (high-stakes) dan berkaitan langsung dengan kesehatan, ekologi pesisir, serta nafkah warga,” ujar Asmar kepada mimbartimurcom, Sabtu (20/12).
Asmar menjelaskan dalam tata kelola lingkungan modern, klaim yang berdampak publik harus memenuhi prinsip reproducibility yang memberikan kesempatan terhadap pihak lain untuk mengukur ulang dalam batas wajar agar dapat memperoleh kesimpulan yang sama atau sejalan.
“Berita yang beredar menyebutkan rujukan standar dan menyiratkan kelayakan air pada sumber tertentu, namun tidak menyajikan elemen minimal sains lingkungan yang membuat klaim bisa diverifikasi,” jelasnya menepis klaim Harita Nickel dalam pemberitaan yang beredar.
Menurutnya, verifikasi itu berkaitan dengan lima aspek yaitu titik sampling (baik hulu tengah hilir; inlet outlet kolam pengendapan; muara), frekuensi (musim hujan vs kemarau; sebelum sesudah kejadian hujan ekstrem), parameter kunci (TSS, pH, logam termasuk Ni, Cr(VI),dan lain-lain).
“Kemudian metode analisis dan status akreditasi laboratorium serta dataset mentah atau rekaman data primer dan rantai penguasaan sampel alur penanganan sampel dari lapangan sampai laboratorium atau chain of custody,” ungkapnya.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6738:2015, kata Asmar, dasarnya perhitungan debit andalan sungai menggunakan kurva durasi debit (kuantitas/ketersediaan air) bukan standar kualitas air. Meskipun cukup, lanjutnya, tidak otomatos berarti aman secara kimia atau biologi.
“Tentu bukan hanya urusan teknis, tetapi cara kebijakan menentukan apa yang dianggap aman dan layak. Di pulau-pulau kecil, air banyak tetapi jika air tercemar itu sama saja dengan bencana pelan-pelan”, tambahnya.
