Mimbartimur.com – Di tengah dinamika industri nikel yang semakin kompetitif dan terbuka untuk investasi asing, Harita Nickel kembali mengambil langkah strategis dalam pemberdayaan generasi muda.

Melalui program Peningkatan Keahlian dan Keterampilan Pemuda (PELITA) yang kini telah memasuki batch ketiga, perusahaan ini memfokuskan pelatihan pada kemampuan berbahasa Mandarin, yang saat ini memiliki peranan krusial dalam komunikasi industri global.

Setelah dua angkatan sebelumnya berhasil melahirkan puluhan tenaga kerja terampil di bidang teknis, seperti operator wheel loader dan overhead crane, Harita Nickel kini mempersiapkan pemuda dari desa Soligi dan Kawasi untuk menghadapi tantangan yang lebih luas: komunikasi lintas budaya.

“PELITA bukan hanya sekadar pelatihan keterampilan, tetapi merupakan bagian dari strategi besar kami untuk membekali pemuda lokal dengan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini,” ungkap Ifan Farianda, Community Development Manager Harita Nickel. “Kami ingin mereka memiliki daya saing, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional bahkan internasional.”

Pemilihan bahasa Mandarin sebagai fokus pelatihan bukan tanpa alasan. Dengan meningkatnya kolaborasi bersama mitra kerja dari Tiongkok, komunikasi menjadi salah satu tantangan yang sering dihadapi di lapangan. Harita Nickel merespons tantangan ini dengan membangun kapasitas anak-anak muda di sekitar wilayah operasionalnya.

“Bahasa Mandarin kini menjadi salah satu bahasa internasional yang paling strategis. Tenaga kerja lokal yang mampu menjembatani komunikasi sangat dibutuhkan,” tambah Ifan.

Untuk melaksanakan pelatihan ini, Harita Nickel bekerja sama dengan lembaga pelatihan bahasa yang berbasis di Jakarta dan memiliki jaringan internasional di Singapura. Program ini akan berlangsung selama enam hingga tujuh bulan, dengan materi mencakup tiga level sertifikasi HSK (Hanyu Shuiping Kaoshi), yakni HSK 1, HSK 2, dan HSK 3, yang merupakan standar internasional dalam penguasaan bahasa Mandarin.

Sebanyak 30 peserta terpilih dari desa Soligi dan Kawasi mengikuti pelatihan ini. Mereka dibagi menjadi dua kelompok utama: kelas reguler untuk lulusan SMA yang belum bekerja, serta kelas pelajar bagi siswa SMA kelas dua dan tiga. Strategi ini, menurut Ifan, bertujuan untuk memberikan bekal sejak dini sebelum para peserta memasuki dunia kerja atau bahkan melanjutkan studi ke luar negeri.

“Target kami adalah agar peserta dapat mencapai HSK level 3. Dengan sertifikasi ini, mereka sudah mampu melakukan komunikasi dasar dalam lingkungan kerja, termasuk sebagai penerjemah pemula atau staf administrasi,” jelasnya.

Namun, keberhasilan program ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Ifan menekankan pentingnya sinergi antara perusahaan, pemerintah desa, dan keluarga peserta. “Kami percaya, jika semua elemen bekerja sama, hasilnya akan nyata: pemuda yang lebih siap, lebih percaya diri, dan lebih berdaya.”

Melalui PELITA, Harita Nickel tidak hanya membangun kompetensi individu, tetapi juga membawa desa-desa di pesisir pulau Obi menuju peta ekonomi global yang lebih luas. ***