Selain itu, Hadi Sakijo menyampaikan bahwa pementasan Gegojegan Sandiwara Lelagon ini adalah salah satu upaya pelestarian seni dan budaya agar unsur-unsur budaya Jawa tidak terdisrupsi atau pudar oleh perkembangan dan kemajuan zaman, baik itu bahasa maupun sastra yang terkandung dalam seni budaya Jawa.
Kelompok Sedhut Senut, menginterprestasikan drama musikal ini menjadi sebuah pertunjukan sandiwara berbahasa Jawa yang menyisipkan komedi disertai dengan satir-satir sosial kemasyarakatan sehari-hari.
“Kami memiliki semangat yang sama untuk menggarap kemasan Gegojegan Sandiwara Lelagon yang dapat menjadi hiburan alternatif masyarakat,” jelas Hadi Sakijo.
Inti dari pementasan Gegojegan Sandiwara Lelagon Bahasa Jawa ini, mengangkat realita kehidupan sosial masyarakat sehari-hari.
Fokus cerita yang menjadi plot utama dalam pementasan tersebut adalah tentang kegelisahan sebagian pelaku seni dan budaya yaitu kebiasaan buruk pola pemberian dana stimulan, job, pekerjaan atau istilah lainnya yang berasaskan nepotisme.
“Bagi sebagian seniman bahwa dari pemangku kepentingan yang mungkin dianggap kurang adil dan merata. Sing lengganan oleh gawean yo mung kuwi-kuwi wae (yang mendapat kerjaan langganan hanya itu itu saja),” tegas Hadi Sakijo.
***