Dari sudut pandang , ini bisa dijelaskan dengan teori moral disengagement, di mana individu memisahkan tindakan amoral mereka dari sistem moral yang ada untuk membenarkan perilaku mereka. Kandidat yang terlibat dalam mungkin merasa bahwa “semua orang melakukannya,” sehingga mereka tidak merasa bersalah atas tindakan tersebut. Hal ini berbahaya karena menciptakan siklus kepemimpinan yang korup dan tidak bertanggung jawab.

Pendidikan Politik dan Pemberdayaan Psikologis: Solusi Melawan Politik Uang

Untuk melawan bahaya politik uang, kita harus membangun pendidikan politik yang kuat dan memperkuat pemberdayaan psikologis masyarakat. Psikolog Albert Bandura memperkenalkan konsep self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk mempengaruhi peristiwa yang berdampak pada hidupnya.

Masyarakat perlu diberdayakan agar memiliki keyakinan bahwa suara mereka berarti, dan bahwa mereka mampu membuat pilihan politik yang rasional tanpa iming-iming uang. Ini membutuhkan pendidikan politik yang berkelanjutan, di mana masyarakat diajarkan tentang pentingnya integritas dan akuntabilitas dalam memilih pemimpin.

Lebih lanjut, dari perspektif psikologi komunitas, dibutuhkan gerakan sosial yang kolektif untuk melawan politik uang. Ketika masyarakat secara bersama-sama menolak politik uang, mereka menciptakan norma sosial baru yang mengutamakan keadilan dan integritas. Norma ini dapat menjadi alat yang kuat untuk melawan politik uang, karena individu cenderung mengikuti apa yang dianggap sebagai norma sosial yang berlaku di komunitasnya.

Menolak Politik Uang

Menjelang Pilkada serentak 27 November 2024, kita perlu memahami bahwa menolak politik uang adalah keputusan rasional dan etis. Dari sudut pandang psikologis, menerima uang dalam proses politik tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga merusak komunitas dan negara. Suara kita adalah cerminan dari harapan kita akan masa depan yang lebih baik. Ketika kita menjual suara, kita juga menjual harapan dan impian kita.

Jika kita ingin melihat perubahan nyata dalam kepemimpinan dan pembangunan, maka kita harus mulai dengan menolak politik uang. Kita harus memilih berdasarkan visi, misi, dan rekam jejak kandidat, bukan berdasarkan siapa yang memberikan uang paling banyak. Ini mungkin tidak memberikan hasil instan, tetapi dalam jangka panjang, ini akan memperkuat demokrasi kita dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Masa Depan Kita, Pilihan Kita

Pada akhirnya, Pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang memilih masa depan. Ketika kita menolak politik uang, kita sedang memilih masa depan yang lebih baik untuk kita sendiri dan generasi yang akan datang.

Azzahra
Editor
Mimbar Timur
Publikasi